Rabu, 14 Maret 2018

KOMITMEN

13 Maret 2018, Jatinangor, TB1 D18

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka istiqamah/meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fushshilat: 30).

Dari Sufyan bin Abdullah radhiyallaahu’anhu, ia berkata: aku berkata wahai Rasulullah ! Katakanlah padaku tentang islam dengan sebuah perkataan yang mana saya tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selainmu. Nabi menjawab: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah”. HR Muslim.

Tepat tertanggal 30 Juli 2017. Saat itu, masjid dipenuhi oleh pemuda pemuda yang datang dari berbagai kota. Pada umumnya mereka datang untuk belajar bahasa Inggris. Ya, saat itu letaknya di Pare, yang sering diberi julukan "Kampung Inggris". Kala itu, mereka datang untuk melaksanakan solat subuh berjamaah. Solat pun lalu dimulai hingga akhirnya ditutup dengan salam. Lambat laun, orang orang pergi meninggalkan masjid, hingga tersisa beberapa orang saja. Saat itu, terlihat ada seseorang yang memakai jaket hitam bertuliskan ODOJ, dan beliau sedang membaca Al Quran.

Hati ini tergetar, karena dulu sempat mengikuti program ODOJ tapi terhenti karena tak sanggup berlomba dengan hari. Akhirnya renungan ini membuat ada sepercik keyakinan untuk berkomitmen mengikuti ODOJ lagi meskipun tidak masuk komunitasnya.

Akhirnya, dihari itu juga, 1 Juz Al Quran terbaca. Namun yang mengherankan, di malam harinya, saat dibuat postingan Line di Timeline pribadi yang kontennya tentang grit (ketabahan), ternyata postingan tersebut viral. Sungguh diluar dugaan. Moment tersebut yang membuat 31 Juli menjadi istimewa.

Oleh karenanya, komitmen untuk ODOJ menjadi semakin besar, dan berlanjut hingga sekarang.
Namun jujur saja, yang bertahan hingga sekarang hanyalah keinginannya. Terhitung dari tanggal tersebut, setidaknya sudah tertinggal 90 hari dari target Quran yang dibaca. Diperkirakan seharusnya sudah mengkhatamkan Al Quran sebanyak 7 kali plus membaca 13 Juz, tetapi saat ini baru mengkhatamkan 4 kali plus membaca 11 Juz.

Sungguh beristiqomah adalah sesuatu hal yang berat. Lagi lagi keinginan untuk meningkatkan ibadah itu selalu ada. Saat ini shaum Daud menjadi salah satunya. Sudah dimulai sejak tanggal 19 Februari yang lalu, namun hari ini terhenti karena saat pagi tadi rasa haus menyengat di kerongkongan, dan tenggorokan terasa sakit. Jadi alangkah baiknya bila untuk hari ini berhenti sejenak.

Itulah alasannya menulis blog ini. Banyak hal yang ingin dilakukan dan diistiqomahkan, namun seringkali gagal karena kurangnya komitmen dan kemampuan manajemen diri yang baik. Tapi sungguh, ini adalah hal yang wajar, dan ini adalah proses perbaikan.

Semoga dengan ditulisnya blog ini, bisa menyadarkan diri bahwa setiap harinya, kesempatan untuk beramal itu sama. Sadar bahwa setiap hari itu berharga.

Berbicara soal komitmen John C. Maxwell dalam bukunya The 21 Indispensable Qualities of A Leader, membagi 4 jenis orang:
1. Pengecut, Orang yang tidak memiliki tujuan dan tidak punya komitmen
2. Peragu, Orang yang tidak tahu apakah ia dapat mencapai sasarannya, dan takut membuat komitmen
3. Penyerah, Orang yang menuju sasarannya namun menyerah saat menemui hambatan
4. Pejuang mati matian, Orang yang memiliki sasaran, berkomitmen dan berani membayar harga untuk mencapainya.

Minggu, 11 Maret 2018

What I Do Now

Bandung, Sekre Karisma, 10 Maret 2018

Disini, pekerjaan yang paling memungkinkan adalah duduk dan memikirkan masa depan. Sudah dua semester tidak staffing. Ditambah menolak tawaran sebagai kadiv dan malah diperparah dengan menerima tawaran sebagai koordinantor tim formatur.

Beberapa waktu lalu, sempat diadakan talent mapping untuk para aktivis Salman. Setelah diikuti ternyata hasilnya cukup sesuai dengan perkiraan. Ternyata, ketimbang diminta memimpin, lebih condong untuk diminta mengarahkan. Jadi ketika diberi amanah untuk menjadi Sekretaris Jendral MIJ rasanya posisi tersebut sangat cocok dengan karakter seperti ini.

Lucunya, kondisi di Karisma sangatlah unik. Biasanya, ketua merupakan orang yang paling berpengaruh di Karisma, dia punya track record yang baik, hingga pada akhirnya dia diberi amanah sebagai Koordinator Tim Formatur. Sayangnya, tidak ada yang mau mengambil amanah tersebut. Karena desakan waktu, akhirnya tertambatlah amanah tersebut pada orang yang jauh. Orang yang lebih banyak menghabiskan hidupnya di MIJ dari pada di Karisma.

Ada amanah lain yang mengharuskan untuk tetap bergerak di ITB Jatinangor. Tutor asrama dan Staff Akademik adalah salah duanya setelah MIJ. Jadi rasanya sangat kecil kemungkinannya, akan menjadi Ketua Umum Karisma di bulan Mei nanti.

Sehingga, ada beberapa opsi yang mungkin terjadi. Pertama, Ketua Karisma berasal dari GF 35. Kedua  Ketua Karisma berasal dari GF 36. Kondisi seperti ini pernah terjadi di kepengurusan Karisma 35 yang mana ketuanya berasal dari GF 33 yang seharusnya GF 32. Hal tersebut terjadi karena mungkin adanya keunikan dari Kang Asa (pembina GF 33) atau tidak adanya calon yang tepat dari GF 32.

Dari GF 35 Orang yang paling memungkinkan untuk mengemban amanah ini ada Hilan, Fulan dan Dilan. Hilan itu memiliki karisma, dia bertanggung jawab, dapat diandalkan. Fulan, dia energik, penuh semangat, suaranya lantang, disiplin, plus sedikit "melambai". Dilan, dia kritis, tegas, cerdas namun terkadang menyakitkan hati orang karena kekritisannya.

Dari GF 36, satu-satunya orang yang memungkinkan ialah Ailan. Ailan adalah sosok yang sebenarnya cukup ideal untuk memimpin. Pemikirannya yang terbuka, bisa mengarahkan orang, meskipun kadang suka menghilang dari peradaban tapi rasanya ada kemungkinan dia yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan ini.

Tulisan ini dibuat, tepat saat adanya Mabit yang bertujuan menentukan bakal calon Ketua Karisma. Tepat disaat ada ITB SC bagi Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Agama di semester ini. Tulisan ini dibuat, memang untuk membuat sedikit analisa terbuka sebelum nama-nama itu muncul dibenak kita semua.

Jujur saja, masih banyak yang perlu dipelajari, dibaca, dipahami, juga diamalkan, sebelum benar benar siap menjadi pribadi yang memimpin ratusan umat Muslim untuk bergerak berdakwah kepada ribuan remaja sekota Bandung. 

Mata ini tak mampu melihat masa depan. Namun, masih ada rentetan masa lalu yang terekam dari cerita dan kisah yang nyata pada lembaran naskah LPJ beserta file-file GBPK yang mampu menjadi "penggaris" peradaban. Sehingga pada akhirnya, yang perlu dikerjakan sekarang hanyalah membaca masa lalu itu dan menarik garis lurus ke masa yang akan datang.

Jumat, 09 Maret 2018

MENULIS KEMBALI DAN TAK INGIN LUPA LAGI

9 Maret 2018, Jatinangor, D18 TB1 Asrama ITB Jatinangor

Entah kenapa, rasanya seperti siklus. Melihat tulisan tulisan dahulu membuat diri ini menyadari bahwa ada siklus yang dilalui. Rasanya diri ini memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi tanpa perlu ada penyadaran diri.

Menulis kembali adalah sebuah pilihan. Teringat sebuah quotes dari seseorang saat mengikuti kelas menulis 30 hari Challenge di bulan Ramadhan, quotesnya simple "Menulislah, karena menulis itu bekerja untuk keabadian". Selain itu rasa ingin menulis juga muncul tatkala ada buku yang menginspirasi isi kepala ini. Sayangnya kadang keinginan untuk membaca itu sangatlah sedikit. Jadi, selagi dada ini sedang diselimuti semangat, dan otak ini luber akan ide-ide segar, tak salah bila aku memulai untuk menulis.

Sebenarnya menulis di blog itu sudah mulai ditinggalkan orang. Laporan praktikum saja tidak membolehkan kita mencantumkan sumber dari blogspot. Orang sekarang sudah beralih ke sosial media seperti Line dan Instagram. Karena keduanya memudahkan seseorang untuk menjadikan dirinya viral lewat postingan yang dibuatnya.

Lalu apa yang membuat blog menjadi sebuah pilihan? Karena yang dibutuhkan saat ini bukanlah pembaca, mungkin nanti. Mungkin. Tapi yang dibutuhkan adalah cara agar bisa mengekspresikan emosi yang ada dan membahasakan peristiwa yang terjadi. Selama ini terdapat peristiwa yang perlu untuk dicatat dan diingat dan sangat disayangkan bila itu terlupakan.

Ada sebuah statement yang menarik
"Bicaralah kepada pemimpin yang mana pun, maka rasanya Anda akan menemukan peristiwa-peristiwa kunci dimasa lalunya yang berperan penting dalam penciptaan impiannya"

Itulah yang membuat perlu adanya tulisan ini. Minimal, berbicaralah pada diri sendiri, dan tanyakan padanya, peristiwa apa yang membuatmu menjadi seperti ini. Idealnya, kita bisa menanyakan hal tersebut kepada para pemimpin yang ada diluar sana, yang dia mampu membuat inspirasi dan semangat melangit-langit. Jadi, selagi ada wadah untuk bisa menyimpan memori ingatan tanpa harus lupa menaruhnya (read:buku) maka tidak ada salahnya menulis disini.

Hidup itu soal inspirasi dan menginspirasi. Melempar sebuah gagasan dan menangkapnya. Menuai sebuah hasil dan ditanam kembali setelahnya.

Karena pada dasarnya setiap manusia punya harga diri yang mereka perjuangkan sendiri sendiri. Mereka yang berkelompok karena mereka memiliki gagasan yang sama, cita cita yang sama, dan mungkin rasa yang sama. Mereka memiliki tolak ukur yang sama untuk meningkatkan harga diri mereka.

Lalu, ketika bersama itu menjadi nyata, pergerakan besar itu benar adanya.

Hingga akhirnya muncul sebuah pertanyaan. Gagasan apa yang akan kau terima? Gagasan apa yang akan kau perjuangkan? dan gagasan apa yang akan kau inspirasikan kepada yang lain?

Bersambung...