Saat ini penulis adalah lulusan S1 ITB jurusan Rekayasa Pertanian. Sembilan belas Oktober kemarin penulis berwisuda dan memakai toga. Menghadiri upacara kelulusan dan berjalan menyusuri kampus dari Saraga sampai Lapangan Basket ITB. Namun kenyataan yang menarik adalah saat ini penulis masih menganggur, belum bekerja, atau bisa dikatakan belum memiliki penghasilan tetap. Padahal rasanya penulis memilliki track record yang baik selama berkuliah, IP lumayan meskipun tidak tinggi, ikut beberapa organisasi dan sesekali berprestasi. Usaha yang dkerahkan untuk apply pekerjaan rasanya pun telah maksimal, setidaknya laman pencari kerja sudah terjamahi untuk disisipi CV. Misalnya saja, Jobstreet, Loker.id, Jobs.ID, Jooble, Glints, Glassdoor, Urbanhire, Linked In, Indeed, Tech in Asia, dan laman yang langsung berhubungan dengan perusahaannya.
Kalo Jobfair bagaimana? Penulis sudah mengikuti 2 Jobfair yang pertama yang diadakan ITB Career Center dan JobFair yang diadakan oleh Disnaker Jabar. Jobfair yang dibuat katanya lebih baik karena proses apply menggunakan CR Code yang membuat kita terhubung dengan web perusahaan dan bisa mengirim CV secara digital. Namun, tak ada bedanya dengan mengapply di laman pencari kerja, belum ada panggilan yang diharapkan.
Penulis sempat beberapa waktu lalu dipanggil interview di Jakarta. Kemudian penulis mengunjungi perusahaan properti yang letaknya di dekat daerah Juanda. Karena jadwal interview jam 10 pagi maka penulis berangkat dari stasiun Bojonggede pada sekitar pukul 06.00 WIB dan menggunakan Gojek sampai ketujuan. Saat sampai lokasi, ternyata gedungnya kecil dan tidak ada tanda atau nama dari perusahaannya. Saat masuk, gedung tersebut bercat putih pintu masuknya kecil dan langsung dihadapkan dengan lorong yang cukup panjang. Dilantai satu, di sisi kanan lorong terdapat 3 kamar seperti penginapan dan diujung lorong terdapat meja registrasi namun tidak ada orang di dalamnya. Kemudian di tembok sisi meja registrasi, ditulis interview dilakukan di lantai 3. Kemudian saat sampai di lantai 3 baru ada kehidupan. Disana ada ruangan besar berukuran 5 x 15 meter dan di tengahnya terdapat meja meja yang digabungkan dengan laptop dan berkas berkas diatasnya. Disetiap meja orang orang bekerja dan beberapa ada yang mengobrol dan bercanda. Ada laki laki, ada perempuan, ada yang memakai kaos kasual ada yang memakai kemeja. Kemudian penulis disambut oleh seseorang yang akan menginterview. Dia menyuruh untuk mengisi form dan menunggu giliran dipanggil. Saat dipanggil, interview dimulai, pertanyaan-pertanyaan diberikan dan penulis mencoba menjawab dengan sejujur dan sebaik mungkin, rasanya tak ada jawaban yang kurang meyakinkan (mungkin). Interviewer menjanjikan bahwa keputusannya akan diberikan seminggu setelah hari ini. Namun, seminggu kemudian tak ada kabar apapun. Baik, semua usaha ini tak boleh sia-sia. Setidaknya, semua biaya perjalanan dan waktu yang terbuang bisa jadi pengalaman yang dibagikan kepada orang-orang.
Sebenarnya, penuis juga sudah mendapatkan kesempatan kerja bagian Public Relation di perusahaan investasi berjangka dan sempat melamar untuk HR Admin di Agate (perusahaan game). Tetapi, takdir berkata lain dan belum ada yang sampai membuat surat kontrak atau perjanjian kerja. Banyak informasi miring dan dibuktikan saat penulis mengikuti kegiatan company profilenya perusahaan berjangka tersebut, kemudian di Agate, penulis sepertinya memberikan jawaban yang kurang tepat dan akhirnya tidak ada follow up dari perusahaan tersebut sampai saat ini.
Ditambah lagi, beberapa bulan yang lalu sempat banyak postingan tentang fenomena Quarter Life Crysis, yang mana fenomena itu muncul saat seseorang yang dulunya berkuliah dan sibuk dengan kehidupan kemahasiswaan akan mengalami semacam syndrome ketika mereka lulus kuliah dan terlepas dari semua beban beban hidupnya. Mereka menjadi hampa dan bisa dikatakan kehilangan arah.
Apakah saat ini penulis strees dan mengalami Quarter Life Crysis? Jawabannya sudah pernah. Semua perasaan tersebut seperti badai yang menerjang daratan. Membuat semua keyakinan kita dirombak ulang tentang kehidupan. Mencari kembali maknanya dan memikirkan kembali cara kerja dunia yang sesungguhnya. Kontemplasi diri yang dilakukan penulis terjadi justru saat berada diakhir masa kuliah di saat sedang hectic-hectic nya.
Sampai suatu ketika, ada 1 video di Youtube yang mengubah cara pandang penulis terhadap dunia. Video tersebut diunggah oleh Ted Talks dan orang yang menyampaikan materi bernama Simon Sinek. Beliau menyampaika materi tentang leadership. Alih-alih soal kepemimpinan, yang beliau sampaikan justru tentang cara kerja dunia. Pesan pada video tersebut membekas dan akhirnya penulis mencoba menghubungkan semua fenomena kehidupan dengan mindset ini.
Mindsetnya sering beliau sebut dengan, Golden Circle
Alur berfikir ini hanya mengurutkan informasi, tapi dengan mengurutkannya kita akan mampu mengubah persepsi kita tentang informasi tersebut. Pada teori ini, informasi menjadi 3 bagian, WHY, HOW dan WHAT. Why adalah segala informasi yang menyangkut alasan seseorang bertindak yang biasanya menyangkut value apa yang ornag tersebut pegang, HOW adalah cara yang dipilih untuk mewujudkan WHY dan WHAT adalah segala hal yang dilakukan, dibuat atau diciptakan dengan cara yang dirasa dapat dijadikan proses sehingga mampu mewujudkan WHY. Contoh yang beliau paparkan salah satunya menggunakan perusahaan Kertas.
Mari kita buat perumamaan pesan dengan diawali WHAT:
"Kami menjual kertas. Kami menjual produk tinggi dengan harga sebaik mungkin. Lebih rendah dari pesaing manapun. Anda mau mencoba?"
Mari kita ulangi dengan WHY:
"Apa bagusnya sebuah ide, jika tidak dibagikan. Perusahaan kami didirikan untuk menyebarkan ide. Semakin tersebar ide itu, maka semakin besar ide tersebut berdampak bagi dunia. Ada banyak cara untuk membagi ide, salah satunya lewat tulisan. Disitulah kami berperan. Kami membuat kertas untuk menulis kata-kata. Kami membuat kertas untuk ide ide besar. Ingin mencoba?"
Setelah penulis coba pahami lebih dalam, keteraturan WHY-HOW-WHAT juga berlaku pada kehidupan seseorang. WHY adalah tujuan hidupnya, HOW adalah jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan WHAT adalah apa yang dilakukan untuk menginplementasikan HOW sehingga menjadi nyata dan semakin denga dengan tujuan hidupnya.
Karenanya, semenjak penulis memahami ini, penulis mulai mencari apa yang seharusnya diyakini, apa konsekuensi dari keyakinan tersebut dan apa yang harus dilakukan saat ini untuk mewujudkan tujuannya agar menjadi kenyataan. Setelah menemukan itu, maka mindset ini akan membawa kita untuk menjadi pribadi yang lebih sehat. pribadi penulis sendiri mendapatkan manfaat dari membuat 3 pilar informasi ini
1. Memiliki tujuan hidup yang lebih jelas. Hal ini karena penulis akhirnya mencoba mencari tujuan hidup dan membahasakan sehingga mudah dicerna, dulang-ulang dan dibayangkan.
2. Memiliki perencanaan jangka panjang. Meskipun tidak detail, tapi perencaan tersebut progresif dan bentuknya berupa milestone yang mudah dibayangkan
3. Terhindar dari penyakit hati seperti iri dan dengki. Penulis seringkali merasa minder dan merasa kehidupan orng lain jauh kebih baik, ada yang lebih pintar, lebih kaya, lebih punya banyak teman, semua kelebihan itu menjadi bahan bakar kedengkian penulis dimasa itu. Namun, setelah memiliki mindset ini, perasaan tersebut bisa diminimalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar